Archive for Agustus 2014
Sikap Dan Perilaku Istri kepada Suami Yang Dilarang Islam
Larangan Islam bagi istri kepada suami :
1. Tidak mentaati perintah suami dalam kebaikan
Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki." (Riwayat Ahmad dan Thabrani)
2. Menolak atau menunda permintaan suami dalam berhubungan intim
Sabda Rasulullah SAW,
Dalam haditsnya yang lain Rasulullah bersabda,
3. Tidak menjaga harta suami
4. Keluar rumah tanpa izin suami
Dalilnya adalah perkataan Sayidina Ali kwj di atas
5. Selalu meremehkan kebaikan yang dibuat suami kepada istri
Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
6. Minta cerai tanpa sebab
Nabi Muhammad SAW bersabda, maksudnya:
7. Tidak bersyukur atas segala pemberian suami
Nabi SAW bersabda maksudnya:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya."
8. Berkata kotor kepada suami, pamer aurat pada orang lain dan tidak berbakti pada suami
Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
Empat perempuan yang berada di Neraka yaitu :
- Perempuan yang kotor mulutnya terhadap suaminya. Jika suaminya tidak ada di rumah ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminya bersamanya ia memakinya (memarahinya).
- Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang suami tidak mampu.
- Perempuan yang tidak menjaga auratnya dari kaum laki-laki dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik kaum laki laki).
- Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan minum dan tidur, dan ia tidak mau berbakti kepada Allah dan tidak mau berbakti kepada Rasul-Nya dan tidak mau berbakti kepada suaminya.
QS. An-Nisa :34-35
QS. An-Nisa : 34
Doa yang terkabul
Aku inget pas workshop matematika dahsyat, Rabu tanggal 11 bulan lalu. Mas Fahrur yang ngisi workshop cerita. Masnya berdoa kurang lebih seperti ini:
Ya Allah, tunjukkan kepadaku aku bisa mendapatkan uang milayaran..Hm -___- sepertinya nggak gitu-gitu banget sih, tapi intinya seperti itu. Dan ternyata doa itu terkabul saudara-saudara. Yang lebih kerennya lagi, karena Mas Fahrur doanya bilang “tunjukkan”, ya uang itu cuma ditunjukkan. Singkat cerita masnya bener-bener dapet uangnya tapi terus dibawa orang. Ada yang salah? Enggak, cocok kok sama doanya.
Pengalaman sendiri juga pernah. Jadi, kan aku yakin kalau rezeki kita udah dijamin sama Allah. Cuman kadang malu juga kalo sumbernya lewat orangtua terus. Lalu aku doa, berharap rezeki ku ngak melulu lewat orangtua. Dan ya, beneran terjadi saudara-saudara. Tapi … ada tapinya nih. Sumbernya ternyata dari temen-temenku sendiri. Setelah aku doa seperti itu bisa juga nahan cucuran dari orangtua, dan banyak temen yang ngasih –semacam– traktiran. Nggak cuma satu dua tapi banyak!
Sebagai orang yang tau diri (halah, ngaku-ngaku!), kan ya enggak enak kalo di traktir melulu. Harus mbales juga kan? Muhasabah pun terjadi. Doa memang terkabul, yang salah ada di aku. Usahaku menjemput sumber yang lebih baik kurang maksimal, jadinya ya seperti itu. Aku sadar hal ini waktu naik motor dijalan, antara perempatan gramedia menuju kridosono pas pulang dari kampus. Dalam hati aku nyletuk, ya nggak gini-gini juga kali..
Aku benahi doaku lagi, aku spesifikkan tidak lewat orangtua dan teman-teman. Dan beberapa saat setelah itu benar-benar terjadi lagi. Tawaran mengisi pelatihan bareng dosen pun terlaksana. Dapet HR yang cukup besar meskipun saat pelatihan aku lumayan nggak ngapa-ngapain. Bisa dibilang aku malah jadi perserta, bukan mbayar tapi dibayar.
Setelahnya ada workshop lagi, sekarang sebagai peserta. Yang keren itu dapet uang transport yang besarnya sama seperti HR training itu. HR itu honor ya sodara-sodara, jangan ndeso . Alhamdulillah, lumayan bisa nyaur hutang ke temen-temen. Sekaligus bisa buka web ini, ehehehe…
Cerita-cerita diatas memang cukup keren. Yang setelah ini juga lumayan keren lho, silahkan dilanjut~
Di saat-saat sempit pernah juga. Mungkin nggak keren kalo yang ini. Jadi akukan sering telat masuk kuliah. Nah, pas alasan telatku itu syar’i aku sering doa.
Ya Allah, semoga tidak tertinggal kuliah. Entah dosennya terlambat atau kuliahnya belum dimulai.Kira-kira seperti itu. Dan sering jadi nyata sodara-sodara. Bahkan kadang sampai nggak enak ke dosennya, karena ndoakan yang enggak-enggak. Nggak tau diri banget ya
Di satu kesempatan pernah ngomong ke dosennya “bu, ibu tadi kenapa terlambat (lama)?”
“Oh, saya memang sudah terlambat dari rumah jadi …”
“Ooohh… soalnya saya tadi juga terlambat. Eh, ternyata ibuk lebih terlambat.”
“Iyato?”
“Tadi di jalan ada karnaval, terus muter jauh lewat pinggir kota.”
dst, ya begitulah..
Aku tulis sekarang karena pagi ini perjadi lagi. Tiap pagi kadang kepikiran, berangkat enggak berangkat enggak. Bingung karena udah mepet jamnya, tapi biasanya tetep masuk. Pagi ini ndak masuk dan ternyata kosong.
Bisa juga kebetulan. Dulu pas sering nggak masuk, papasan sama momen kayak gini sering banget. Tapi kalo pas rajin masuk, terus terjadi. Sesuatu deh pokoknya..
Pelajarannya, doa itu juga ada adabnya. Biar terkabul kita juga perlu usaha yang setara. Kadang perlu doa yang spesifik, endak juga ndak apa-apa. Tapi harus siap menerima surprise dari-Nya. Ingat doa Nabi Musa?
Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (QS. Al-Qashas: 24).Doa yang sangat tidak spesifik kan? Tahu apa yang Allah berikan ke Nabi Musa setelah itu? Jaminan keamanan, memperoleh istri, mendapat pekerjaan dan tempat tinggal, mendapat tongkat yang jadi mukjizatnya, diajak oleh Allah untuk menuju lembah penuh berkah, lembah Tuwa. Di lembah ini, Allah berbicara langsung dengan Musa menjadikannya sebagai Nabi. Mendapatkan banyak Mukjizat untuk melawan Firaun. Allah mengangkat saudara Musa, Harun, sebagai Nabi, yang akan membantu Musa dalam berdakwah. Allah memenangkan Musa dan Firaun ditenggelamkan di laut merah.
Sangat keren bukan? Versi lain yang pernah dikisahkan kepadaku. Nabi Musa bedoa meminta makan karena saat itu sedang dalam perjalanan. “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang fakir”. Beliau minta makan, tapi diberikan semua hal tadi. Waaw banget.
Jadi, boleh saja berdoa yang spesifik seperti komiknya mas Zia. Tapi kalau dikabulkan, dapatnya ya cuma itu. Hehehe.. Atau mau berdoa seperti Nabi Musa?
Tadi mau sekalian masukin adab-adab doa, tapi ternyata sudah terlalu panjang -___-
Ujian dan Cobaan: Penggugur Dosa, Penambah Kebaikan
Namun, Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari).
Apabila Allah menyenangi hamba maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya (kerendahan dirinya). (HR. Al-Baihaqi).
Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari).
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Bukhari).
Cobaan atau kesulitan terkecil pun, ketika kita menerimanya dengan ikhlas, maka berguguran dosa-dosa kita lagi bertambah kebaikan kita. Berlawanan dengan apa yang kadang terlintas di pikiran kita, ujian dan cobaan justru merupakan bentuk kasih sayang Allah swt. kepada kita. Ketika mendapat ujian, kita juga mendapat kesempatan untuk mendekatkan diri dan menaikkan derajat kita di hadapan Allah swt. Semakin berat cobaan kita, semakin besar pula kebaikan yang akan kita terima ketika berhasil melaluinya.
Rasulullah saw. bersabda:
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi).
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?’” Nabi Saw menjawab, “Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari).
Ujian dan cobaan juga merupakan cara Allah swt. untuk menutupi kekurangan amal kita, menempa kita menjadi diri yang lebih baik, serta meletakkan kita pada posisi yang lebih baik, di dunia dan akhirat. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:
Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani).
Apabila Aku menguji hambaKu dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku ganti kedua matanya dengan surga. (HR. Ahmad).
Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah). (HR. Ath-Thabrani).
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 286 menyebutkan bahwa “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”. Maka seberat apapun ujian yang kita terima, kita pasti mampu melewatinya. Hanya saja, terkadang kita tidak menyadari sekuat apa diri kita, sebesar apa potensi dalam diri kita. Allah lebih mengetahui kemampuan kita, dan Dia bersama kita dalam setiap kesulitan, juga menjanjikan adanya kemudahan setelah setiap kesulitan, jika kita tidak menyerah menghadapinya. Memohonlah kepada-Nya dan bersabarlah, niscaya rahmat, berkah, dan keselamatan akan kita dapatkan.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi).
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” . Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Buah dari kesabaran itu indah
sabar itu hasilnya subur
Seorang anak mengeluh pada ayahnya, “Aku capek, sangat capek. Aku belajar mati matian sedang temanku dgn enaknya menyontek. Aku mau menyontek saja!
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu, sedang temanku punya pembantu.
Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung.
Aku capek karena harus menjaga lidahku, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek ayah, aku capek menahan diri…Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah! ..” sang anak mulai menangis.
Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya, ”Anakku, ayo ikut ayah”.
Mereka menyusuri jalan yg jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.
”Ayah, mau kemana kita? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah,” anaknya terus mengeluh.
Akhirnya mereka sampai di sebuah telaga yg sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yg cantik, dan pepohonan rindang.
“Wah… tempat apa ini ayah? Aku suka tempat ini!”
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah”.
”Anakku, taukah kau mengapa di sini begitu sepi pdhl amat indah?”
”Itu krn org tdk mau mnyusuri jalan yg jelek, pdhal mreka tau ada telaga di sini. Mereka hanya kurang sabar dalam menyusuri jalan ini.
”Anakku, butuh kesabaran dlm belajar, butuh kesabaran dlm bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan.”
Hidup adalah perjuangan utk mengendalikan dan mengalahkan diri. Jalani hidup penuh kesabaran…
Allah Ta’ala sebagai Pencipta Alam Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah mempersiapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Asmaul husna dan Artinya
1. (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi / Penyayang
3. (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Merajai
4. (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat
6. (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Memelihara / Mengawasi
8. (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa / Ynag Dapat Mengalahkan
9. (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Perkasa / Menundukkan Segalanya
10. (Al Mutakabbir) Artinya Yang Mempunyai kebesaran.
11. (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan / Melepaskan
13. (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Memaksa
16. (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah / Pengkarunia
17. (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang / Menyempitkan Rezeki
21. (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat / Melapangkan Rizki
22. (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Merendahkan Derajat
23. (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi / Meninggikan Derajat
24. (Al Mu’izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili / Menetapkan Hukum
29. (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut/Halus
31. (Al Khabir) Artinya Yang Maha Waspada
32. (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur / Berterima Kasih
36. (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi
37. (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga / Memberikan Makan
40. (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. (Al Jalil) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran
42. (Al Karim) Artinya Yang Maha Mulia
43. (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada / Mengawasi
44. (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. (Al Wadud) Artinya Yang Maha Mengasihi / Penyayang
48. (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentabir / Mengurusi
53. (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh / Kokoh
55. (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal / Memulai
59. (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembalikan
60. (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. (Al Hayyu) Artinya Yang Maha Hidup
63. (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Mendahului
72. (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Mengakhiri / Penangguh
73. (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. (Al Batin) Artinya Yang Batin / Tak Kelihatan Dzatnya
77. (Al Wali) Artinya Yang Memerintah / Menguasai
78. (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan / Kebaikan
80. (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. (Al Muntaqim) Artinya Yang Maha Memberi Hukuman / Siksaan
82. (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal / Memiliki Kerajaan
85. (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan
86. (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Adil
87. (Al Jami) Artinya Yang Maha Mengumpulkan
88. (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya
89. (Al Mughni) Artinya Yang Maha Memberi Kekayaan
90. (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah / Mempertahankan
91. (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat / Bahaya
92. (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. (Al Nur) Artinya Memberi Cahaya
94. (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. (Ar Rasyid) Artinya Yang Maha Pandai
99. (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar
Panduan Sholat Dhuha – Niat dan Bacaan Doa Sholat Dhuha
Niat Sholat dhuha
Tata cara sholat dhuha
- Setelah membaca niat seperti yang telah tertulis diatas kemudian membaca takbir,
- Membaca doa Iftitah
- Membaca surat al Fatihah
- Membaca satu surat didalam Alquran. Afdholnya rakaat pertama membaca surat Asy-Syam dan rakaat kedua surat Al Lail
- Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
- I’tidal dan membaca bacaannya
- Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
- Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaanya
- Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
- Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.
Jumlah rakaat sholat dhuha
Setelah menyebutkan pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, As-Suyuthy menyebutkan pendapat sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan, “Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.” (Al-Hawi lil fataawa, 1:66).
Setelah membawakan perselisihan tentang batasan maksimal shalat dhuha, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat shalat dhuha karena:
- Hadis Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak Allah.” (HR. Muslim, no. 719). Misalnya ada orang shalat di waktu dhuha 40 rakaat maka semua ini bisa dikatakan termasuk shalat dhuha.
- Adapun pembatasan delapan rakaat sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang fathu Mekah dari Umi Hani’, maka dapat dibantah dengan dua alasan: pertama, sebagian besar ulama menganggap shalatnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika fathu Mekah bukan shalat dhuha namun shalat sunah karena telah menaklukkan negeri kafir. Dan disunnahkan bagi pemimpin perang, setelah berhasil menaklukkan negri kafir untuk shalat 8 rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah. Kedua, jumlah rakaat yang disebutkan dalam hadis tidaklah menunjukkan tidak disyariatkannya melakukan tambahan, karena kejadian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat delapan rakaat adalah peristiwa kasuistik –kejadian yang sifatnya kebetulan– (As-Syarhul Mumthi’ ‘alaa Zadil Mustaqni’ 2:54).
Doa sholat dhuha
Artinya doa sholat dhuha
Masalah Istri Kabur
ering, kan, terjadi istri pergi dari rumah alias purik? Biasanya, sih, gara-gara bertengkar dengan pasangan. Tapi, toh, tak menyelesaikan masalah juga.
Alasan pergi meninggalkan rumah atau purik, memang bisa macam-macam. Entah tak tahan menghadapi kenyataan sehingga merasa perlu "menghindar" dulu, ingin berjauhan dulu agar bisa berpikir, dan lainnya.
Yang jelas, dari pengalaman Dr. Sukiat dari Fakultas Psikologi UI, bukan cuma pihak istri yang suka purik, melainkan juga kaum suami. "Ya, justru si suami yang purik dan bilang, hanya mau pulang kembali setelah dijemput dengan upacara adat!" Nah, lo!
REAKSI SUAMI
Apa pun penyebabnya, ujar Sukiat, purik merupakan keputusan emosional yang kurang menguntungkan. "Jangan berpikir bahwa kepergiannya demi untuk menenangkan pikiran. Itu hanya alasan yang dicari-cari. Karena saya yakin, di rumah orang tuanya pun pikirannya tak mungkin tenang. Pasti masih terus memikirkan kejelekan si suami. Karena biasanya ia kabur dengan hati yang marah dan sakit."
Otomatis, dengan puriknya si istri, masalah tak akan terselesaikan karena tujuan yang hendak diraihnya, yaitu agar ia bahagia, tak bisa terlaksana. Belum lagi jika si suami malah berpikir, "Wah, kebetulan istriku purik. Jadi, aku bisa terbebas dari kecerewetan/kegalakannnya." Nah, kalau demikian yang terjadi, bukankah sama saja tak menyelesaikan persoalan? Apalagi kalau si suami ternyata memang sudah punya WIL, semakin senanglah ia.
Reaksi suami dalam menghadapi puriknya istri, kata Sukiat, memang bisa bermacam-macam. Ada, kata Sukiat, juga yang malah merasa tertantang, "Akan saya buktikan, tanpa kamu, rumah pun bisa beres!" Ada pula suami yang justru merasa tak enak pada mertua jika istrinya purik. "Namun dalam ketidakenakan itu juga tersimpan rasa kesal. Kesal karena si istri telah mempermalukannya, seolah-olah ia tak bertanggung jawab. Dan ini akan berdampak pada hubungan mereka selanjutnya."
Kendati demikian, Sukiat mengingatkan, para suami tak boleh menyalahkan istri semata. Sebab, suami juga punya andil yang menyebabkan istrinya purik. "Dalam suatu sengketa antara suami istri, pasti ada andil dari pasangannya." Misalnya, istri merasa tak tahan dengan tekanan-tekanan dari suaminya. Ia merasa diperlakukan di luar batas dan sebagainya, sehingga akhirnya puriklah dia.
HARUS DIJEMPUT
Soal dijemput-tidaknya istri yang purik, menurut Sukiat, juga sangat tergantung pada reaksi suami atas puriknya si istri. Kalau si suami merasa hal itu sebagai suatu kebetulan, maka ia akan menganggap, "Ah, ngapain saya jemput. Ia pergi sendiri, ya, ia harus pulang sendiri, dong. Nanti malah jadi kebiasaan kalau dijemput." Sebab, terang Sukiat, bisa saja istri menjadi "besar kepala" dan memilih kabur serta kabur lagi setiap kali ada masalah. "Akhirnya jadi kebiasaan. Nah, lama-lama si suami, kan, malah jadi enggan menjemput."
Lain halnya jika si suami merasa menyesal atas kepergian istrinya. Ia merasa bersalah karena telah membuat istrinya tak betah di rumah. "Nah, kalau ia merasa menyesal, tentunya ia akan menyusul istrinya. Tapi tentunya dengan perasaan yang tak enak pada mertua atau kakak iparnya."
Namun si istri yang dijemput tak jarang malah menolak. Ia malah marah-marah, tak mau keluar dari kamar. "Mungkin karena ia sudah patah arang dan tak ingin kembali." Bila hal ini terjadi dan suami sudah bolak-balik berusaha menjemput namun si istri tetap menolak, akhirnya suami bisa kesal, "Ya, sudahlah, sebodo amat. Mau pulang atau enggak, terserah!" Jelas, persoalan di antara mereka tak dapat diselesaikan juga.
KEDEKATAN PSIKOLOGIS
Bagaimana pun, kata Sukiat, purik bukanlah jalan keluar terbaik dari penyelesaian masalah. "Justru dengan lari dari rumah, akan sulit untuk menyelesaikan yang ada." Sukiat menjelaskan, jika hubungan fisik sudah jauh, "Hubungan batin pun sulit dijalin." Padahal dalam hubungan suami-istri, hubungan fisik mutlak perlu. "Kedekatan fisik membuat terciptanya pertemuan psikologis. Kalau fisiknya sudah jauh, maka psikologisnya juga enggak bakalan dekat."
Ia memberi contoh, kendati hati sedang kesal, namun dengan adanya kedekatan fisik, nanti pun akan tumbuh kedekatan psikologis. Sebab, kata Sukiat, lama-lama suami-istri akan saling memahami, "Oh, dia ternyata orangnya begini, toh." Dengan demikian akan terjadi perubahan.
Lagipula, tambah Sukiat, kalau suami istri berjauhan, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Misalnya, bertemu orang lain yang bisa memahami dirinya, sehingga terjadilah perselingkuhan. "Bukankah PIL kadang hadir bukan hanya karena ketertarikan seks semata? Kebersamaan dan kedekatan kadang membuat jadi magnit. Makanya, untuk suami-istri lebih baik saling berdekatan saja."
ATUR EMOSI
Tentunya untuk bisa menyelesaikan masalah, masing-masing pihak harus lebih dulu meredam emosinya. "Jika sedang emosi, kita biasanya hanya melihat kejelekan pasangan. Karena itu, perlu mengatur emosi." Caranya, bisa dilakukan dengan pendekatan agamawi. Entah itu salat atau berdoa. "Kalau salat atau doanya khusyuk, pasti akan menurunkan emosi."
Berikut, cobalah berpikir positif. Carilah satu titik positif dari pasangan. "Lalu renungkan. Nah, lama-lama akan banyak kebaikan yang kita ingat dari pasangan. Akhirnya emosi kita pun teredam." Nah, kalau emosi sudah redam, biasanya rasio akan jalan.
Setelah itu, yang tak boleh dilupakan ialah kemampuan untuk mau mendengar. "Orang yang lagi emosional, maunya hanya didengarkan dan tak mau mendengarkan. Sehingga sering dikatakan egois." Jadi, tandas Sukiat, kalau memang ingin menyelesaikan masalah, keduanya harus mau saling mendengarkan apa yang diinginkan oleh pasangannya. Ingat, suami/istri punya andil terhadap setiap masalah yang ada.
Selain mau mendengarkan, suami-istri juga harus mau berbicara secara terbuka. "Ungkapkanlah semua isi perasaannya. Jangan kejengkelan dipendam saja." Dengan demikian, si pasangan jadi memahami apa maunya suami/istri sehingga akhirnya jadi saling memahami tentang yang diinginkan masing-masing pihak.
Yang tak kalah penting ialah mengingat tujuan dari perkawinan mereka. "Untuk apa kawin? Apakah perkawinannya mau sampai kakek-nenek atau tidak? Nah, kalau ingat tujuannya, biasanya apa pun akan dipertahankan. Jadi, kalau ada kendala yang menghadang di tengah jalan pun akan diselesaikan karena konsentrasinya ke tujuan. Masalah-masalah yang ada, akan jadi tantangan baginya."
Bila perlu, anjur Sukiat, gunakan orang ketiga yang dihormati. Siapa tahu dengan adanya pihak ketiga yang bersedia mendamaikan, maka penyelesaian akan lebih mudah. Namun tentu saja kedua belah pihak harus sama-sama punya itikad untuk menyelesaikan masalahnya.
Mengetuk Pintu Langit di Sepertiga Malam Terakhir
Ketika Keutuhan Rumah Tangga Harus Diperjuangkan
DO'A KEUTUHAN RUMAH TANGGA
[1] Sumber: Website al-Jawaahir al Islamiyyah (dikutip dari buku, “Jangan Berputus Asa, Akhirnya Pertolongan Itu Datang…” Ahmad bin Salim Ba Duwailan. Pustaka Ibnu Katsir)
Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan yang berilmu dengan beberapa derajat.