Archive for Agustus 2014

Sikap Dan Perilaku Istri kepada Suami Yang Dilarang Islam

Menjadi istri sholehah dan tunduk pada suami memang dianjurkan oleh Islam. Saya akan berikan beberapa contoh sikap dan perilaku istri kepada suami yang dilarang Islam yang akan merusak semua amal kebaikannya yang pernah diperbuat dan tidak boleh anda tiru khususnya kaum hawa yang taat dan beriman kepada Allah SWT.

Larangan Islam bagi istri kepada suami :

1. Tidak mentaati perintah suami dalam kebaikan

Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki." (Riwayat Ahmad dan Thabrani)

2. Menolak atau menunda permintaan suami dalam berhubungan intim

Sabda Rasulullah SAW,

Apabila seorang suami mengajak istri ke tempat tidur (untuk berjima’), dan istri menolak (sehingga membuat suaminya murka), maka si istri akan dilaknat oleh malaikat hingga (waktu) subuh. (Diriwayatkan Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, ad-Darimi dan al-Baihaqi, dari Abu Hurairah ra)

Dalam haditsnya yang lain Rasulullah bersabda,
Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya. Andaikan suami meminta dirinya padahal ia sedang berada di atas punggung unta, maka ia (istri) tetap tidak boleh menolak. (Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban dari Abdullah bin Abi Aufa ra)

3. Tidak menjaga harta suami

Sayidina Ali k.w.j. berkata: "Seburuk-buruk sifat bagi kaum laki laki itu adalah sebaik-baik sifat bagi kaum perempuan yaitu kikir dan bersikap keras dan takut. Karena sesungguhnya perempuan itu jika kikir, maka ia memelihara harta suaminya dan jika bersikap keras, maka ia menjaga diri dari berbicara kepada setiap orang dengan perkataan yang halus (mesra) yang menimbulkan sangkaan yang buruk, dan jika penakut. maka ia takut dari segala sesuatu, oleh karena itu ia tidak berani keluar dari rumahnya dan ia menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan kecurigaan yang buruk karena takut kepada suaminya".

4. Keluar rumah tanpa izin suami
Dalilnya adalah perkataan Sayidina Ali kwj di atas

5. Selalu meremehkan kebaikan yang dibuat suami kepada istri

Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Jika seorang isteri berkata kepada suaminya: Tidak pernah aku melihat kebaikanmu sama sekali, maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya."

6. Minta cerai tanpa sebab

Nabi Muhammad SAW bersabda, maksudnya:
"Siapa saja isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa sebab-sebab yang sangat diperlukan, maka haramlah bau Surga keatasnya."

7. Tidak bersyukur atas segala pemberian suami

Nabi SAW bersabda maksudnya:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya."

8. Berkata kotor kepada suami, pamer aurat pada orang lain dan tidak berbakti pada suami

Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
Empat perempuan yang berada di Neraka yaitu :
  1. Perempuan yang kotor mulutnya terhadap suaminya. Jika suaminya tidak ada di rumah ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminya bersamanya ia memakinya (memarahinya).
  2. Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang suami tidak mampu.
  3. Perempuan yang tidak menjaga auratnya dari kaum laki-laki dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik kaum laki laki).
  4. Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan minum dan tidur, dan ia tidak mau berbakti kepada Allah dan tidak mau berbakti kepada Rasul-Nya dan tidak mau berbakti kepada suaminya.
Jumat, 22 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

QS. An-Nisa :34-35

Alhamdulillahi robbil ‘alamin washolatu wassalamu ‘ala asyrofil anbiya wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadinil awwalin wa’ala alihi wa ashabihi ajma’in amma ba’du.

 QS. An-Nisa : 34
 “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
Ø QS. An-Nisa : 35
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kamis, 21 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

Doa yang terkabul

Tadi malem baca komiknya mas Zia yang menang lomba juara 1. Bisa dibaca disini, judulnya “Komik – Ketika Kau Jatuh Cinta (2013)”. Komiknya tentang apa silahkan dibaca sendiri ya.. Komiknya bagus kok, juara 1 gituloh..
Aku inget pas workshop matematika dahsyat, Rabu tanggal 11 bulan lalu. Mas Fahrur yang ngisi workshop cerita. Masnya berdoa kurang lebih seperti ini:
Ya Allah, tunjukkan kepadaku aku bisa mendapatkan uang milayaran..
Hm -___- sepertinya nggak gitu-gitu banget sih, tapi intinya seperti itu. Dan ternyata doa itu terkabul saudara-saudara. Yang lebih kerennya lagi, karena Mas Fahrur doanya bilang “tunjukkan”, ya uang itu cuma ditunjukkan. Singkat cerita masnya bener-bener dapet uangnya tapi terus dibawa orang. Ada yang salah? Enggak, cocok kok sama doanya.
Pengalaman sendiri juga pernah. Jadi, kan aku yakin kalau rezeki kita udah dijamin sama Allah. Cuman kadang malu juga kalo sumbernya lewat orangtua terus. Lalu aku doa, berharap rezeki ku ngak melulu lewat orangtua. Dan ya, beneran terjadi saudara-saudara. Tapi … ada tapinya nih. Sumbernya ternyata dari temen-temenku sendiri. Setelah aku doa seperti itu bisa juga nahan cucuran dari orangtua, dan banyak temen yang ngasih –semacam– traktiran. Nggak cuma satu dua tapi banyak!
Sebagai orang yang tau diri (halah, ngaku-ngaku!), kan ya enggak enak kalo di traktir melulu. Harus mbales juga kan? Muhasabah pun terjadi. Doa memang terkabul, yang salah ada di aku. Usahaku menjemput sumber yang lebih baik kurang maksimal, jadinya ya seperti itu. Aku sadar hal ini waktu naik motor dijalan, antara perempatan gramedia menuju kridosono pas pulang dari kampus. Dalam hati aku nyletuk, ya nggak gini-gini juga kali..
Aku benahi doaku lagi, aku spesifikkan tidak lewat orangtua dan teman-teman. Dan beberapa saat setelah itu benar-benar terjadi lagi. Tawaran mengisi pelatihan bareng dosen pun terlaksana. Dapet HR yang cukup besar meskipun saat pelatihan aku lumayan nggak ngapa-ngapain. Bisa dibilang aku malah jadi perserta, bukan mbayar tapi dibayar.
Setelahnya ada workshop lagi, sekarang sebagai peserta. Yang keren itu dapet uang transport yang besarnya sama seperti HR training itu. HR itu honor ya sodara-sodara, jangan ndeso :P . Alhamdulillah, lumayan bisa nyaur hutang ke temen-temen. Sekaligus bisa buka web ini, ehehehe…
Cerita-cerita diatas memang cukup keren. Yang setelah ini juga lumayan keren lho, silahkan dilanjut~
Di saat-saat sempit pernah juga. Mungkin nggak keren kalo yang ini. Jadi akukan sering telat masuk kuliah. Nah, pas alasan telatku itu syar’i aku sering doa.
Ya Allah, semoga tidak tertinggal kuliah. Entah dosennya terlambat atau kuliahnya belum dimulai.
Kira-kira seperti itu. Dan sering jadi nyata sodara-sodara. Bahkan kadang sampai nggak enak ke dosennya, karena ndoakan yang enggak-enggak. Nggak tau diri banget ya :(
Di satu kesempatan pernah ngomong ke dosennya “bu, ibu tadi kenapa terlambat (lama)?”
“Oh, saya memang sudah terlambat dari rumah jadi …”
“Ooohh… soalnya saya tadi juga terlambat. Eh,  ternyata ibuk lebih terlambat.”
“Iyato?”
“Tadi di jalan ada karnaval, terus muter jauh lewat pinggir kota.”
dst, ya begitulah..
Aku tulis sekarang karena pagi ini perjadi lagi. Tiap pagi kadang kepikiran, berangkat enggak berangkat enggak. Bingung karena udah mepet jamnya, tapi biasanya tetep masuk. Pagi ini ndak masuk dan ternyata kosong.
Bisa juga kebetulan. Dulu pas sering nggak masuk, papasan sama momen kayak gini sering banget. Tapi kalo pas rajin masuk, terus terjadi. Sesuatu deh pokoknya..
Pelajarannya, doa itu juga ada adabnya. Biar terkabul kita juga perlu usaha yang setara. Kadang perlu doa yang spesifik, endak juga ndak apa-apa. Tapi harus siap menerima surprise dari-Nya. Ingat doa Nabi Musa?
Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (QS. Al-Qashas: 24).
Doa yang sangat tidak spesifik kan? Tahu apa yang Allah berikan ke Nabi Musa setelah itu? Jaminan keamanan, memperoleh istri, mendapat pekerjaan dan tempat tinggal, mendapat tongkat yang jadi mukjizatnya, diajak oleh Allah untuk menuju lembah penuh berkah, lembah Tuwa. Di lembah ini, Allah berbicara langsung dengan Musa menjadikannya sebagai Nabi. Mendapatkan banyak Mukjizat untuk melawan Firaun. Allah mengangkat saudara Musa, Harun, sebagai Nabi, yang akan membantu Musa dalam berdakwah. Allah memenangkan Musa dan Firaun ditenggelamkan di laut merah.
Sangat keren bukan? Versi lain yang pernah dikisahkan kepadaku. Nabi Musa bedoa meminta makan karena saat itu sedang dalam perjalanan. “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang fakir”. Beliau minta makan, tapi diberikan semua hal tadi. Waaw banget.
Jadi, boleh saja berdoa yang spesifik seperti komiknya mas Zia. Tapi kalau dikabulkan, dapatnya ya cuma itu. Hehehe.. Atau mau berdoa seperti Nabi Musa?
Tadi mau sekalian masukin adab-adab doa, tapi ternyata sudah terlalu panjang -___-
Selasa, 19 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

Ujian dan Cobaan: Penggugur Dosa, Penambah Kebaikan

Dalam hidup, kita tidak lepas dari berbagai ujian dan cobaan.  Terkadang ujian itu dapat kita lalui tanpa kesulitan berarti. Tapi kadang, cobaan yang kita terima sangat berat sampai rasanya kita tak sanggup menanggungnya.  Pada saat seperti itu, kita mungkin merasa sebagai orang yang paling malang sedunia.  Seakan-akan Allah meninggalkan kita, membiarkan kita terbenam dalam kesulitan.
Namun, Rasulullah saw. bersabda:

Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari).

Apabila Allah menyenangi hamba maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya (kerendahan dirinya). (HR. Al-Baihaqi).

Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari).

Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Bukhari).

Cobaan atau kesulitan terkecil pun, ketika kita menerimanya dengan ikhlas, maka berguguran dosa-dosa kita lagi bertambah kebaikan kita.  Berlawanan dengan apa yang kadang terlintas di pikiran kita, ujian dan cobaan justru merupakan bentuk kasih sayang Allah swt. kepada kita. Ketika mendapat ujian, kita juga mendapat kesempatan untuk mendekatkan diri dan menaikkan derajat kita di hadapan Allah swt.  Semakin berat cobaan kita, semakin besar pula kebaikan yang akan kita terima ketika berhasil melaluinya.

Rasulullah saw. bersabda:
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi).

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?’” Nabi Saw menjawab, “Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari).

Ujian dan cobaan juga merupakan cara Allah swt. untuk menutupi kekurangan amal kita, menempa kita menjadi diri yang lebih baik, serta meletakkan kita pada posisi yang lebih baik, di dunia dan akhirat. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:
Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani).

Apabila Aku menguji hambaKu dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku ganti kedua matanya dengan surga. (HR. Ahmad).

Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah). (HR. Ath-Thabrani).

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 286 menyebutkan bahwa “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”. Maka seberat apapun ujian yang kita terima, kita pasti mampu melewatinya.  Hanya saja, terkadang kita tidak menyadari sekuat apa diri kita, sebesar apa potensi dalam diri kita. Allah lebih mengetahui kemampuan kita, dan Dia bersama kita dalam setiap kesulitan, juga menjanjikan adanya kemudahan setelah setiap kesulitan, jika kita tidak menyerah menghadapinya. Memohonlah kepada-Nya dan bersabarlah, niscaya rahmat, berkah, dan keselamatan akan kita dapatkan.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 5-6).

Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi).

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” . Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Buah dari kesabaran itu indah

sabar itu hasilnya subur

Seorang anak mengeluh pada ayahnya, “Aku capek, sangat capek. Aku belajar mati matian sedang temanku dgn enaknya menyontek. Aku mau menyontek saja!

Aku capek karena aku harus terus membantu ibu, sedang temanku punya pembantu.

Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung.

Aku capek karena harus menjaga lidahku, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.

Aku capek ayah, aku capek menahan diri…Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah! ..” sang anak mulai menangis.

Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya, ”Anakku, ayo ikut ayah”.

Mereka menyusuri jalan yg jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.

”Ayah, mau kemana kita? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah,” anaknya terus mengeluh.

Akhirnya mereka sampai di sebuah telaga yg sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yg cantik, dan pepohonan rindang.

“Wah… tempat apa ini ayah? Aku suka tempat ini!”

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah”.

”Anakku, taukah kau mengapa di sini begitu sepi pdhl amat indah?”

”Itu krn org tdk mau mnyusuri jalan yg jelek, pdhal mreka tau ada telaga di sini. Mereka hanya kurang sabar dalam menyusuri jalan ini.

”Anakku, butuh kesabaran dlm belajar, butuh kesabaran dlm bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan.”

Hidup adalah perjuangan utk mengendalikan dan mengalahkan diri. Jalani hidup penuh kesabaran…

Allah Ta’ala sebagai Pencipta Alam Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah mempersiapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).

Posted by suqa bintang
Tag :

Asmaul husna dan Artinya

1. (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah

2. (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi / Penyayang

3. (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Merajai

4. (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci

5. (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat

6. (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan

7. (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Memelihara / Mengawasi

8. (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa / Ynag Dapat Mengalahkan

9. (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Perkasa / Menundukkan Segalanya

10. (Al Mutakabbir) Artinya Yang Mempunyai kebesaran.

11. (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta

12. (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan / Melepaskan

13. (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk

14. (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun

15. (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Memaksa

16. (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah / Pengkarunia

17. (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki

18. (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka

19. (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui

20. (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang / Menyempitkan Rezeki

21. (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat / Melapangkan Rizki

22. (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Merendahkan Derajat

23. (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi / Meninggikan Derajat

24. (Al Mu’izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan

25. (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina

26. (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar

27. (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat

28. (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili / Menetapkan Hukum

29. (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil

30. (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut/Halus

31. (Al Khabir) Artinya Yang Maha Waspada

32. (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar

33. (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung

34. (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun

35. (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur / Berterima Kasih

36. (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi

37. (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar

38. (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara

39. (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga / Memberikan Makan

40. (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung

41. (Al Jalil) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran

42. (Al Karim) Artinya Yang Maha Mulia

43. (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada / Mengawasi

44. (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul

45. (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas

46. (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana

47. (Al Wadud) Artinya Yang Maha Mengasihi / Penyayang

48. (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia

49. (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula

50. (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan

51. (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar

52. (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentabir / Mengurusi

53. (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat

54. (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh / Kokoh

55. (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi

56. (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji

57. (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung

58. (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal / Memulai

59. (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembalikan

60. (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan

61. (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan

62. (Al Hayyu) Artinya Yang Maha Hidup

63. (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri

64. (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu

65. (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia

66. (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa

67. (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal

68. (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan

69. (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya

70. (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa

71. (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Mendahului

72. (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Mengakhiri / Penangguh

73. (Al Awwal) Artinya Yang Pertama

74. (Al Akhir) Artinya Yang Akhir

75. (Az Zahir) Artinya Yang Zahir

76. (Al Batin) Artinya Yang Batin / Tak Kelihatan Dzatnya

77. (Al Wali) Artinya Yang Memerintah / Menguasai

78. (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia

79. (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan / Kebaikan

80. (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat

81. (Al Muntaqim) Artinya Yang Maha Memberi Hukuman / Siksaan

82. (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun

83. (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang

84. (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal / Memiliki Kerajaan

85. (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan

86. (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Adil

87. (Al Jami) Artinya Yang Maha Mengumpulkan

88. (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya

89. (Al Mughni) Artinya Yang Maha Memberi Kekayaan

90. (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah / Mempertahankan

91. (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat / Bahaya

92. (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat

93. (Al Nur) Artinya Memberi Cahaya

94. (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk

95. (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya

96. (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal

97. (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi

98. (Ar Rasyid) Artinya Yang Maha Pandai

99. (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar

Jumat, 15 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

Panduan Sholat Dhuha – Niat dan Bacaan Doa Sholat Dhuha

Sholat dhuha atau sholat sunah dhuha merupakan sholat sunah yang dikerjakan pada waktu dhuha. Waktu dhuha merupakan waktu dimana matahari telah terbit atau naik kurang lebih 7 hasta hingga terasa panas menjelang shalat dzhur. atau sekitar jam 7 sampai jam 11, tentunya setiap daerah berbeda, tergantung posisi matahari pada daerah masing-masing. Sholat dhuha sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua dalam sehari, atau sekitar pukul sembilan pagi. Sholat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah (Munfarid)

Niat Sholat dhuha

Untuk niat sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah lainnya, yaitu sebagai berikut
Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa
arti dalam bahasa Indonesia :
Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah.

Tata cara sholat dhuha

Tata cara sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah pada umumnya,
  1. Setelah membaca niat seperti yang telah tertulis diatas kemudian membaca takbir,
  2. Membaca doa Iftitah
  3. Membaca surat al Fatihah
  4. Membaca satu surat didalam Alquran. Afdholnya rakaat pertama membaca surat Asy-Syam  dan rakaat kedua surat Al Lail  
  5. Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
  6. I’tidal dan membaca bacaannya
  7. Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
  8. Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaanya
  9. Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
  10. Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.

Jumlah rakaat sholat dhuha

Sholat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu untuk berapa jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para ulama, ada yang mengatakan maksimal 8 rakaat, ada yang maksimal 12 rakaat, dan ada juga yang berbedapat tidak ada batasan.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perbedaan pendapat jumlah rakaat sholat dhuha silahkan simak penjelasan yang kami kutip dari konsultasi syariah di bawah ini

Pertama, jumlah rakaat maksimal adalah delapan rakaat. Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dalil yang digunakan madzhab ini adalah hadis Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).

Kedua, rakaat maksimal adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anas radhiallahu’anhu
من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة
“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).

Ketiga, tidak ada batasan maksimal untuk shalat dhuha. Pendapat ini yang dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya tersebut, Suyuthi mengatakan, “Tidak terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan rakaat tertentu, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.”. Beliau juga membawakan perkataan Al-Hafidz Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi, “Saya tidak mengetahui seorangpun sahabat maupun tabi’in yang membatasi shalat dhuha dengan 12 rakaat. Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (syafi’iyah) – yang membatasi jumlah rakaat dhuha – yang ada hanyalah pendapat yang disebutkan oleh Ar-Ruyani dan diikuti oleh Ar-Rafi’i dan ulama yang menukil perkataannya.”

Setelah menyebutkan pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, As-Suyuthy menyebutkan pendapat sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan, “Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.” (Al-Hawi lil fataawa, 1:66).

Kesimpulan dan Tarjih

Jika dilihat dari dalil tentang shalat dhuha yang dilakukan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam jumlah rakaat maksimal yang pernah beliau lakukan adalah 12 rakaat. Hal ini ditegaskan oleh Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi dan Al-’Aini dalam Umdatul Qori Syarh Shahih Bukhari. Al-Hafidz Al ‘Aini mengatakan, “Tidak adanya dalil –yang menyebutkan jumlah rakaat shalat dhuha– lebih dari 12 rakaat, tidaklah menunjukkan terlarangnya untuk menambahinya.” (Umdatul Qori, 11:423)
Setelah membawakan perselisihan tentang batasan maksimal shalat dhuha, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,

“Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat shalat dhuha karena:
  1. Hadis Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak Allah.” (HR. Muslim, no. 719). Misalnya ada orang shalat di waktu dhuha 40 rakaat maka semua ini bisa dikatakan termasuk shalat dhuha.
  2. Adapun pembatasan delapan rakaat sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang fathu Mekah dari Umi Hani’, maka dapat dibantah dengan dua alasan: pertama, sebagian besar ulama menganggap shalatnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika fathu Mekah bukan shalat dhuha namun shalat sunah karena telah menaklukkan negeri kafir. Dan disunnahkan bagi pemimpin perang, setelah berhasil menaklukkan negri kafir untuk shalat 8 rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah. Kedua, jumlah rakaat yang disebutkan dalam hadis tidaklah menunjukkan tidak disyariatkannya melakukan tambahan, karena kejadian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat delapan rakaat adalah peristiwa kasuistik –kejadian yang sifatnya kebetulan– (As-Syarhul Mumthi’ ‘alaa Zadil Mustaqni’ 2:54).

Doa sholat dhuha

Do’a Shalat Dhuha bahasa Arab :
Berikut ini merupakan bacaan doa sholat dhuha dalam bahasa arab
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Do’a Shalat Dhuha bahasa indonesia

Sedangkan bagi yang belum bisa membaca tulisan Arab, bisa membaca tekst latin di bawah ini
Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibadakash shalihin.

Artinya doa sholat dhuha

Di bawah ini merupakan arti dari bacaan sholat dhuha
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Semoga artikel mengenai panduan sholat dhuha yang dilengkapi dengan bacaan niat dan doa sholat dhuha di atas bisa bermanfaat bagi. Rajinlah sholat dhuha setiap pagi. Semoga selalu berlimpah pahala dari Allah SWT, mendapatkan rezki halal dan baik bagi dunia dan akhirat. Aamiin.
Posted by suqa bintang

Masalah Istri Kabur

ering, kan, terjadi istri pergi dari rumah alias purik? Biasanya, sih, gara-gara bertengkar dengan pasangan. Tapi, toh, tak menyelesaikan masalah juga.

Alasan pergi meninggalkan rumah atau purik, memang bisa macam-macam. Entah tak tahan menghadapi kenyataan sehingga merasa perlu "menghindar" dulu, ingin berjauhan dulu agar bisa berpikir, dan lainnya.

Yang jelas, dari pengalaman Dr. Sukiat dari Fakultas Psikologi UI, bukan cuma pihak istri yang suka purik, melainkan juga kaum suami. "Ya, justru si suami yang purik dan bilang, hanya mau pulang kembali setelah dijemput dengan upacara adat!" Nah, lo!

REAKSI SUAMI

Apa pun penyebabnya, ujar Sukiat, purik merupakan keputusan emosional yang kurang menguntungkan. "Jangan berpikir bahwa kepergiannya demi untuk menenangkan pikiran. Itu hanya alasan yang dicari-cari. Karena saya yakin, di rumah orang tuanya pun pikirannya tak mungkin tenang. Pasti masih terus memikirkan kejelekan si suami. Karena biasanya ia kabur dengan hati yang marah dan sakit."

Otomatis, dengan puriknya si istri, masalah tak akan terselesaikan karena tujuan yang hendak diraihnya, yaitu agar ia bahagia, tak bisa terlaksana. Belum lagi jika si suami malah berpikir, "Wah, kebetulan istriku purik. Jadi, aku bisa terbebas dari kecerewetan/kegalakannnya." Nah, kalau demikian yang terjadi, bukankah sama saja tak menyelesaikan persoalan? Apalagi kalau si suami ternyata memang sudah punya WIL, semakin senanglah ia.

Reaksi suami dalam menghadapi puriknya istri, kata Sukiat, memang bisa bermacam-macam. Ada, kata Sukiat, juga yang malah merasa tertantang, "Akan saya buktikan, tanpa kamu, rumah pun bisa beres!" Ada pula suami yang justru merasa tak enak pada mertua jika istrinya purik. "Namun dalam ketidakenakan itu juga tersimpan rasa kesal. Kesal karena si istri telah mempermalukannya, seolah-olah ia tak bertanggung jawab. Dan ini akan berdampak pada hubungan mereka selanjutnya."

Kendati demikian, Sukiat mengingatkan, para suami tak boleh menyalahkan istri semata. Sebab, suami juga punya andil yang menyebabkan istrinya purik. "Dalam suatu sengketa antara suami istri, pasti ada andil dari pasangannya." Misalnya, istri merasa tak tahan dengan tekanan-tekanan dari suaminya. Ia merasa diperlakukan di luar batas dan sebagainya, sehingga akhirnya puriklah dia.

HARUS DIJEMPUT

Soal dijemput-tidaknya istri yang purik, menurut Sukiat, juga sangat tergantung pada reaksi suami atas puriknya si istri. Kalau si suami merasa hal itu sebagai suatu kebetulan, maka ia akan menganggap, "Ah, ngapain saya jemput. Ia pergi sendiri, ya, ia harus pulang sendiri, dong. Nanti malah jadi kebiasaan kalau dijemput." Sebab, terang Sukiat, bisa saja istri menjadi "besar kepala" dan memilih kabur serta kabur lagi setiap kali ada masalah. "Akhirnya jadi kebiasaan. Nah, lama-lama si suami, kan, malah jadi enggan menjemput."

Lain halnya jika si suami merasa menyesal atas kepergian istrinya. Ia merasa bersalah karena telah membuat istrinya tak betah di rumah. "Nah, kalau ia merasa menyesal, tentunya ia akan menyusul istrinya. Tapi tentunya dengan perasaan yang tak enak pada mertua atau kakak iparnya."

Namun si istri yang dijemput tak jarang malah menolak. Ia malah marah-marah, tak mau keluar dari kamar. "Mungkin karena ia sudah patah arang dan tak ingin kembali." Bila hal ini terjadi dan suami sudah bolak-balik berusaha menjemput namun si istri tetap menolak, akhirnya suami bisa kesal, "Ya, sudahlah, sebodo amat. Mau pulang atau enggak, terserah!" Jelas, persoalan di antara mereka tak dapat diselesaikan juga.

KEDEKATAN PSIKOLOGIS

Bagaimana pun, kata Sukiat, purik bukanlah jalan keluar terbaik dari penyelesaian masalah. "Justru dengan lari dari rumah, akan sulit untuk menyelesaikan yang ada." Sukiat menjelaskan, jika hubungan fisik sudah jauh, "Hubungan batin pun sulit dijalin." Padahal dalam hubungan suami-istri, hubungan fisik mutlak perlu. "Kedekatan fisik membuat terciptanya pertemuan psikologis. Kalau fisiknya sudah jauh, maka psikologisnya juga enggak bakalan dekat."

Ia memberi contoh, kendati hati sedang kesal, namun dengan adanya kedekatan fisik, nanti pun akan tumbuh kedekatan psikologis. Sebab, kata Sukiat, lama-lama suami-istri akan saling memahami, "Oh, dia ternyata orangnya begini, toh." Dengan demikian akan terjadi perubahan.

Lagipula, tambah Sukiat, kalau suami istri berjauhan, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Misalnya, bertemu orang lain yang bisa memahami dirinya, sehingga terjadilah perselingkuhan. "Bukankah PIL kadang hadir bukan hanya karena ketertarikan seks semata? Kebersamaan dan kedekatan kadang membuat jadi magnit. Makanya, untuk suami-istri lebih baik saling berdekatan saja."

ATUR EMOSI

Tentunya untuk bisa menyelesaikan masalah, masing-masing pihak harus lebih dulu meredam emosinya. "Jika sedang emosi, kita biasanya hanya melihat kejelekan pasangan. Karena itu, perlu mengatur emosi." Caranya, bisa dilakukan dengan pendekatan agamawi. Entah itu salat atau berdoa. "Kalau salat atau doanya khusyuk, pasti akan menurunkan emosi."

Berikut, cobalah berpikir positif. Carilah satu titik positif dari pasangan. "Lalu renungkan. Nah, lama-lama akan banyak kebaikan yang kita ingat dari pasangan. Akhirnya emosi kita pun teredam." Nah, kalau emosi sudah redam, biasanya rasio akan jalan.

Setelah itu, yang tak boleh dilupakan ialah kemampuan untuk mau mendengar. "Orang yang lagi emosional, maunya hanya didengarkan dan tak mau mendengarkan. Sehingga sering dikatakan egois." Jadi, tandas Sukiat, kalau memang ingin menyelesaikan masalah, keduanya harus mau saling mendengarkan apa yang diinginkan oleh pasangannya. Ingat, suami/istri punya andil terhadap setiap masalah yang ada.

Selain mau mendengarkan, suami-istri juga harus mau berbicara secara terbuka. "Ungkapkanlah semua isi perasaannya. Jangan kejengkelan dipendam saja." Dengan demikian, si pasangan jadi memahami apa maunya suami/istri sehingga akhirnya jadi saling memahami tentang yang diinginkan masing-masing pihak.

Yang tak kalah penting ialah mengingat tujuan dari perkawinan mereka. "Untuk apa kawin? Apakah perkawinannya mau sampai kakek-nenek atau tidak? Nah, kalau ingat tujuannya, biasanya apa pun akan dipertahankan. Jadi, kalau ada kendala yang menghadang di tengah jalan pun akan diselesaikan karena konsentrasinya ke tujuan. Masalah-masalah yang ada, akan jadi tantangan baginya."

Bila perlu, anjur Sukiat, gunakan orang ketiga yang dihormati. Siapa tahu dengan adanya pihak ketiga yang bersedia mendamaikan, maka penyelesaian akan lebih mudah. Namun tentu saja kedua belah pihak harus sama-sama punya itikad untuk menyelesaikan masalahnya.

Posted by suqa bintang
Tag :

Mengetuk Pintu Langit di Sepertiga Malam Terakhir


Dari Jabir ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Sholat tahajjud merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan Allah subhanahu wata’ala yang paling efektif. Karena sholat tahajjud dilakukan manakala kebanyakan manusia sedang tertidur lelap. Masa yang penuh dengan kesunyian dan ketenangan akan membantu kita untuk lebih khusyuk bermunajat kepada Allah. Seorang muslim yang senantiasa mendawamkan sholat tahajjud, insya Allah akan selalu dicintai oleh-Nya. Barang siapa membiasakan sholat tahajjud maka Allah subhanahu wata’ala akan menjaminnya dengan kehidupan di surga kelak.

Dari Abdullah bin Salam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan sholat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Imam Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda yang artinya, “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR. Ahmad)

Allah subhanahu wata’ala akan senantiasa memberikan kemuliaan kepada hamba-Nya yang khusyuk dan istiqomah dalam mengamalkan sholat sunnah tahajjud. Dari Sahal bin Sa’ad ra., ia berkata, “Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.’”

Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seluruh manusia dikumpulkan di tanah lapang pada hari kiamat. Tiba-tiba ada panggilan dikumandangkan: “Di mana orang yang meninggalkan tempat tidurnya?, maka berdirilah mereka yang jumlahnya sangat sedikit, lalu masuk surga tanpa hisab. Baru kemudiaan seluruh manusia diperintah untuk diperiksa.”

# Disarikan dari berbagai sumber, oleh Azrul Azwar.
Senin, 11 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

Ketika Keutuhan Rumah Tangga Harus Diperjuangkan



Cinta suami istri itu ibarat pendakian menuju puncak,keduanya akan memiliki kekuatan jika sama-sama berkomitmen, saling berpegangan jemari, merengkuh bahu, terkadang mungkin membopong. Ketika keletihan tiba ditengah pendakian, idealnya keduanya mengembangkan pengertian dan kesabaran.  Pasangan itu berpelukan dan saling menguatkan, sambil menatap puncaknya yang indah. Bahwa mereka akan tiba disana yang bernama puncak bahagia.

Untuk perjuangan menuju puncak bahagia ini saya akan membuat tokoh ilutrasi bernama Rina dan Teddy dahulu menikah atas nama cinta. Melewati perjuangan yang gigih kehadapan orang tua masing-masing, keduanya meyakinkan, bahwa mereka layak menjadi pasangan suami istri.

Pasangan di mabuk asmara ini segera menikah. Owh..ternyata beberapa lama setelah akad nikah berumah tangga itu tak seindah warna aslinya. Suaminya yang dahulu berkata manis, sekarang pandai membentak. Jika marah, benda-benda di rumahnya melayang, dan sifat-sifat buruk lainnya yang tak terlihat waktu pacaran.  Tentu saja ini menjadi kejutan mental tersendiri untuk Rina. Rina mencoba terus bertahan, mempertahankan rumah tangganya, sekalipun sempat seluruh cinta di hatinya ia pertanyakan ulang, bahkan goyah. Namun kemudian  ia memahami bahwa pernikahan adalah serangkaian komitmen, peran dan tanggung jawab tidak melulu atas nama cinta.

Dengan kesabaran penuh, ia tetap bertahan. Ia berharap, seiring waktu dan kelahiran putra-putranya Teddy akan semakin dewasa. Rina tidak pernah berniat meninggalkan Teddy, kendati ia adalah perempuan yang mandiri. Ada suami atau pun tiada, tidak sulit baginya secara financial. Namun, Rina menyadari, kehidupan ini serangkaian proses menuju pendewasaan. Dan masalah adalah guru terbaik dalam kehidupan yang fana ini. Kira-kira mungkin dalam pemikiran Rina senada dengan ucapan Ajahn Chah, “ Apa pun yang mengganggumu, jangan coba memusnahkannya, tapi belajarlah darinya.”
Kemudian ia pandang wajahnya sendiri pada cermin, ia katakan pada dirinya, “ Wahai diriku..engkaulah seharusnya pemilik  kecantikan jiwa yang sempurna, kalungkanlah ke leherku kesabaran, riaslah wajahku dengan ketenangan, hiasilah hatiku dengan ketulusan cinta, dan biarkan bibirku selalu tersenyum walaupun hatiku terluka…” Lalu ia tersenyum untuk dirinya sendiri, yang memantul indah dari cermin di kamarnya.
Setiap hari ia mencoba belajar untuk meluluhkan suaminya. Ia teringat sebuah ayat dalam Al Qur’an, “ Tolaklah kejahatan dengan kebaikan.”. Maka, perlakuan buruk suaminya, ia balas dengan kebaikan-kebaikannya. Ia percaya bahwa seluruh kebaikan maupun kejahatan akan berpulang pada dirinya. “ Allah Maha Teliti terhadap apa pun yang kamu kerjakan.” Demikian yang Rina baca dari surah An-Nisaa.

“ Kau tahu, kekuatan dan ketinggian manusia berasal dari kemampuan melayani dan memahami.” kata sebuah percakapan yang Rina dengar dari film di televisi. Lalu ia layani suaminya dengan santun, ia mencoba memahami seluruh keterbatasan Teddy. Ia kembangkan kepribadiannya, menjadi pribadi yang melimpah. Cinta Rina tidak untuk mengambil melainkan untuk memberi. Maka setelah itu deritanya mulai terasa lepas, hatinya  menjadi semakin ringan, dan begitu mudah memaafkan. 

Cinta Rina semakin kuat tatkala membaca sebuah bait dalam buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya, Ajahn Brahm,“ Kapan pun anda melakukan sesuatu, janganlah mengharapkan imbalan apa pun. Jadikanlah memberi sebagai kesenangan. Bersuka citalah dalam memberi dan tak harap kembali. Itulah cara indah untuk melepas.” Aku tahu, untuk mempertahankan kebersamaan dalam perbedaan itu, saya harus mau mengorbankan apa pun ..” bisiknya dalam hati. 

Kini Rina kian mengerti, bahwa jodoh adalah satu paket dalam sebuah pernikahan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ia tak mungkin memilih yang baik-baiknya saja dari Teddy. Kepada komitmen dan ketulusan cinta Rina percaya, Ia akan membuktikan kasih dan ketulusan dalam tindakan, seperti kata Tagore.. “ Jika ia semata-mata kepedihan, ia akan mengembang jadi senyuman ringan, dan kau dapat lihat dalam sekejap. Jika ia semata-mata hanya kepedihan, ia akan mencerna menjadi air mata bening, mengaca, membiaskan rahasianya yang terdalam tanpa kata “

Begitulah, setiap pasangan. Boleh jadi saya maupun anda adalah pendaki-pendaki itu. Mungkin pasangan anda tertatih-tatih bahkan perlu anda bopong menuju puncak bahagia. Maka bersyukurlah yang masih memiliki visi kehidupan, andai pun pasangan tak sesuai harapan dan kita bersabar atasnya, kemenangan dan keindahan hidup tetap milik kita, karena kita telah berhasil mendaki puncak ruhani dan bermesraan denganNya. Bukankah pernikahan selalu melibatkan atas namaNya.?
_____
Bandung, 3 Juni 2011
Sumber gambar : www.visualphotos.com
Minggu, 10 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

DO'A KEUTUHAN RUMAH TANGGA


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillaahirrahmanirrahiim

Betapa banyak rumah tangga diselamatkan oleh Allah dari kehancuran, karena doa seorang suami atau istri untuk pasangannya. Doa, bisa mengubah sesuatu yang sepertinya tak mungkin, menjadi mungkin. Tentu saja, dengan izin Allah ta’aala.

Sebagai contoh kongkrit, marilah kita simak penuturan seorang suami yang dahulunya selalu memperlakukan istrinya dengan kasar dan semena-mena. Ia berkata, “Bila aku tidak menemukan pakaianku terletak di tempatnya, langsung saja aku dengan kemarahan dan kalap memukulinya dan menempeleng wajahnya. Begitu juga bila kurang garam dalam makananku. Betapa malangnya dia. Aku bertambah marah dan naik pitam bila dia menasihatiku. Jika dia menyuruhku shalat, aku pun marah dan justru menghidupkan musik. Kadang aku juga memaksanya menghadiri tempat-tempat atau berbagai pesta yang tidak layak dihadiri oleh seorang wanita muslimah.”

Istrinya pun dihadapkan pada dua pilihan. Meminta cerai, atau bersabar serta mengadukan segalanya hanya kepada Allah ta’ala, serta meminta solusi kepada-Nya? Ia yang masih memiliki rasa cinta kepada suaminya, memilih alternatif kedua. Setiap malam, pada waktu sahur ia bermunajat kepada Allah ta’ala.

Sang suami melanjutkan kisahnya. “Terkadang, di malam hari aku bangun dari tidurku…tidak melihat istriku berbaring di atas ranjang. Maka aku pun bangkit mencarinya. Ternyata ia sedang berdiri menghadap Allah ta’ala dan merintih dalam doanya. Kejadian seperti ini diulanginya berkali-kali.
Hingga pada suatu malam, ketika ia sedang menangis lirih, berdoa kepada Allah dalam shalat malamnya, aku terbangun. Tangisan dan doanya itu telah membangunkanku. Lalu aku merasakan sakit di dadaku. Rasa sakit itu menjadikanku mengingat kembali tentang kehidupanku selama ini, perlakuanku terhadapnya…terbayang…terus terbayang dengan jelas. Sementara ia tetap dalam untaian doanya yang terdengar pilu di telingaku…betapa tidak? Ia memohonkan untukku sebuah hidayah dan kebaikan tingkah laku….

Dengan sigap, aku bangkit bergegas menuju tempat wudhu, yang selama ini selalu kujauhi… Aku mulai berwudhu kemudian shalat berjamaah subuh di masjid. Sejak saat itulah aku mulai mengenali diriku dan istriku dalam posisi yang kontradiktif. Ia penuh kesabaran dan taat beribadah. Sebaliknya diriku, penuh kemarahan dan sangat ingkar terhadap ibadah.”

Bagaimana akhir kisah ini? Mari kita simak penuturan sahabat lelaki itu. Dia berkata, “Demi Allah…sekarang ini aku berharap bisa berbuat seperti yang dia perbuat kepada istrinya…Kepribadiannya begitu sopan, lembut, dan kewaraannya luar biasa. Bertolak belakang dengan sikap sebelumnya….Kini ia terpilih sebagai petugas muadzin di salah satu masjid jami’ di kota kami tinggal. Sungguh jiwanya telah melekat dengan masjid, padahal dahulunya sangat jauh. Maha Suci Allah yang membolak-balikkan hati.” [1]

Contoh-contoh lain bisa kita temui di sekitar kita, atau kita baca pada buku-buku kisah nyata.
Terasa sempitnya hidup ini, atau berbagai gambaran negatif yang sering terbentuk saat melihat kejadian-kejadian di hadapan kita, kerap menyeret kita ke arah ketidakbahagiaan. Salah satu penyebab hal itu adalah keengganan kita mendoakan orang lain. Cobalah Anda berdoa agar Allah ta’ala melapangkan hati pasangan, insya Allah, kelapangan hati pun akan Anda dapatkan.

Ini sejalan dengan hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ’aamiin’ dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.” (Riwayat Muslim)

Jadi…, mari berdoa untuk pasangan kita tercinta...

Footnote:
[1] Sumber: Website al-Jawaahir al Islamiyyah (dikutip dari buku, “Jangan Berputus Asa, Akhirnya Pertolongan Itu Datang…” Ahmad bin Salim Ba Duwailan. Pustaka Ibnu Katsir)

Semoga Risalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Robbal'Alamiin
Posted by suqa bintang

Pentingnya Ilmu Pengetahuan

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hamdan Wa Syukran Lillah Sholatan Wa Salaman ‘ Ala Rosulilah Amma Ba’ad
Marilah kita bersyukur kepada Allah  SWT atas rahmat dan kasih sayang-Nya yang dilimpahkan kepada kita. Salawat serta salam kita curahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang membawa umat manusia dari kejahiliyaan menuju pengabdian kepada Allah SWT.
Adapun tema kultum yang hari ini saya bawakan yakni :
“ Pentingnya Ilmu Pengetahuan ”
Islam memerintahkan kepada kita untuk mencari ilmu, tidak ada alasan untuk tidak mencari ilmu sebagaimana  sabda Rasulullah saw.
“ Tolabul ilma faridatur  ‘ala kulli muslimin wa muslimah”
Artinya : Mencari ilmu itu wajib bagi orang islam laki – laki dan perempuan.
Dengan ilmu kita bisa menundukkan seluruh makhluk Allah yang ada dimuka bumi ini. Dengan ilmu pula kita bisa memimpin dunia memimpin seluruh makhluk Allah. Kita akan menjadi makhluk terbaik diantara makhluk Allah. Namun jika tidak berilmu, kita akan menjadi bodoh tidak tahu apa-apa didunia ini pada akhirnya kita menjadi makhluk yang paling rendah, kata Allah  Asfala Safilin ” tentu kita tidak mau menjadi makhluk yang paling rendah.
  
Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan yang berilmu dengan beberapa derajat.
Oleh karena itu marilah kita tetap menuntut ilmu karena dengan ilmu pengetahuan kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
Sebagai kesimpulan.
Selama hayat masih dikandung badan mari kita selalu menuntut ilmu tanpa mengenal lelah karena ilmu sangat penting dalam kehidupan. Kita tidak bisa menjadi insan kamil tanpa ilmu pengetahuan.
sekian
Wabillahi taufik wal hidaya
Assalamu’ Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selasa, 05 Agustus 2014
Posted by suqa bintang

FOLLOW FB FANS PAGE

Popular Post

Labels

DOA (8) HADITS (12) ILMU ISLAM (23) KELUARGA (17) KISAH ISLAM (15) MOZAIK (25) SUNAH (5)

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Suqa Bintang Personal Blog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -